Jumat, 09 Februari 2018

KISS OF DEATH


Pagi tadi habis subuh saya kembali ke Surabaya. Masuk Surabaya jam 8 lebih. Sejak masuk kota, ribuan sepeda motor ikut masuk ke Surabaya. Kemudian di jalan Jemursari setelah Rumah sakit Islam, ada penjual nasi pecel pakai mobil. Sayapun mampir, memesan pecel tumpang (pecel yang diberi sayur tempe yang sdh hancur). Sambil menunggu ibunya melayani pesanan, saya ngobrol dengan bapaknya. Orang asli Kertosono, sekarang tinggal di rusun, usia satu tahun di bawah saya tetapi wajah nampak lebih tua dari saya. Ketika saya beritahu umur saya, beliau tidak percaya. Anak 1 sudah bekerja, beliau dulu pensiunan sebuah BUMN, dan bersyukur di masa tuanya masih diberi rezeki bisa berjualan pecel di tepi jalan. Perjalanan klasik kebanyakan dari kita.

Sambil makan pecel asli Kertosono (katanya) yang enak itu, saya terus mengamati jalan. Mereka yang berangkat kerja naik motor masih memenuhi jalan. Mereka ini nanti sore sore akan ramai ramai kembali ke luar kota, bersama sama pula. Jika kariernya agak meningkat di kantor, mereka akan mengganti motornya dengan mobil. Kemudian meningkat lagi, mereka akan mencicil rumah. Perusahaan akan membuat mereka tetap memiliki pinjaman ke perusahaan. Semakin tinggi gajinya, semakin besar pula pinjamannya. Mereka mendapat apa yang disebut EGO TRAP atau jebakan ego, terkadang disebut KISS OF DEATH atau ciuman kematian. Pemilik perusahaan yang orang kuadran kanan membutuhkan mereka untuk terus menjalankan bisnisnya. Mereka memberi fasilitas kenikmatan yang akan terus dikejar. Dari motor, mereka akan pindah ke mobil 1000 CC yang terjangkau cicilannya. kemudian gajinya naik dan cicilan itu terasa lebih kecil, mereka merasa tidak pantas lagi naik mobil mobil "kelas 1000 cc", pantasnya yang 1500 cc. Ketika gajinya naik lagi, mulai merasa kurang pantas jika naik yang 1500 cc, pantasnya yang 2000 tau 2500 cc. begitulah seterusnya, kepantasan hidup mereka diukur dari CC nya mobil. Mereka terjebak dalam HEDONIC TREADMILL dan menjadi slave of money sejati, yang menukarkan waktunya dengan uang. Time is money menjadi  utama.  Padahal anak anaknya melafalkan cinta orang tuanya bukan dengan LOVE, tetapi TIME. Time is love bagi anak anak dan keluarga. 

Dahulu hal hal semacam itu bagi saya wajar wajar saja. Sayapun nyaris tidak memiliki waktu dengan anak anak. Semua urusan anak anak menjadi urusan ibunya.  Tugas saya cuma satu yaitu bekerja mencari uang dengan cara menolong orang karena saya seorang dokter.  Tetapi sekarang sangat berbeda, setelah mengalami freedom tanpa bekerja mencari uang selama 12 tahun ini, saya jadi tahu nilai sebenarnya dari waktu saya.  Sayapun ingin agar sebanyak mungkin orang bisa seperti saya.

Apakah bisa ? seseorang yang setiap pagi berangkat kerja untuk mempertahankan ekonomi keluarganya seperti mereka yang berlalu lalang di depan saya,  kemudian mendapatkan penghasilan pasif besar sehingga mereka tidak perlu bekerja lagi ?

Prinsipnya semuanya bisa, dengan syarat tentunya harus mau merubah pola pikirnya dulu. Karena dengan pola pikir yang sekarang, sudah pasti tidak bisa. Karena kalau bisa, sudah pasti sejak dahulu sudah mendapatkan penghasilan pasif itu. 

Pikiran akan menjadi tindakan. Tindakan yang diulang ulang akan menjadi kebiasaan, kebiasaan yang kita lakukan terus akan menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi nasib kita. 

Mendapatkan penghasilan pasif tidak pernah bisa dilakukan sendirian, kalau sendiri namanya penghasilan aktif. Penghasilan pasif selalu melibatkan banyak orang dan sekaligus hukum hukum alam yang mengatur hubugan antar manusia. Maka jika kita menginginkan penghasilan pasif, kita harus belajar baik pada semua orang, Gunakan pepatah cina "SERIBU TEMAN KURANG, SATU MUSUH KEBANYAKAN". Mulailah belajar untuk tidak membenci seseorang atau segolongan orang. Jika kepercayaan Anda mengharuskan Anda membenci seseorang atau segolongan orang, maka Anda tinggal memilih, mau tetap memelihara rasa benci dan tidak suka itu atau memiliki penghasilan pasif ? Karena keduanya tidak bisa digabungkan. 

Mereka yang membenci sesuatu yang lebih kaya, tidak akan bisa menjadi kaya. Itulah hukum pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar kita tidak akan mau menjadikan kita mirip dengan yang kita benci. Seringkali kita membenci sesuatu bukan karena pengalaman kita sendiri, tetapi karena masukan masukan dari orang lain. Kita mirip kera H yang mendapat input dari kera E,F,G untuk membenci sesuatu, padahal mereka juga tidak tahu mengapa harus membenci ? Agama kita tidak pernah mengajarkan kita membenci sesuatu, tetapi pemimpin pemimpin kita yang berpolitik atau memiliki kepentingan ekonomi yang kemudian mengajarkan kita membenci sesuatu. Akhirnya yang rugi kita sendiri dan anak anak kita, karena terpaksa hidup pas pas an terus menerus. Menjadi P7, pergi pagi pulang petang penghasilan pas pas an.

Ibu Putu Sri Rahmaningsih pernah bercerita saat Leadership Seminar di Surabaya beberapa tahun lalu. Bagaimana dia mengalami kesulitan ketika berusaha mencapai tingkatan tinggi dalam sebuah bisnis jaringan yang beliau ikuti. Ketika dia konsultasi kepada mentornya yaitu ibu Inneke Sutejo, mentornya langsung bisa menangkap sesuatu dan menanyakan :”Apakah ibu Putu memiliki kebencian kepada seseorang atau sesuatu ?”. Bu Putu mengiyakan, memang ada sesuatu yang beliau benci. Ibu Inneke menyarankan agar perasaan benci itu dilepaskan sehingga bu Putu tidak terganjal lagi kesuksesannya. Bu Putu mengiyakan, tetapi tidak melaksanakan nasehat itu. Peringkatnya tidak naik naik, seolah olah ada batu besar yang menghambat langkahnya. Dan setiap kali konsultasi, hanya satu pertanyaan itu yang ditanyakan oleh ibu Inneke :”Apakah bu Putu masih membenci sesuatu itu?”. Dan bu Putu mengiyakan karena ini ajaran dari agamanya.
Setelah berkali kali melakukan konsultasi dan mendapat pertanyaan yang sama. Akhir bu Putu melepaskan kebencian itu, dan dalam waktu singkat dia berhasil mencapai peringkat tinggi dengan penghasilan saat itu 60 juta sebulan, sekarang kisaran lebih dari 100 juta sebulan penghasilan pasif. Beliau berubah dari orang yang paling miskin di RT nya menjadi orang yang paling kaya. Beliau yang menutup semua keperluan RT jika semua sudah urunan dan masih kurang banyak.

Surabaya, 9 Pebruari 2018
Sigit & Wati.

1 komentar:

  1. Saya Widaya Tarmuji, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah TRACY MORGAN LOAN FIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Tapi Tracy Morgan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: tracymorganloanfirm@gmail.com. Email pribadi saya sendiri: widayatarmuji@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.